Senin, 28 Desember 2009

Derap bRR-nada

Izinkan saya untuk flashback sejenak, kemasa lalu, saat saya berada jauh di perantauan, walaupun pada kenyataannya masih berada dalam satu pulau tapi jarak tempuhnya lumayan jauh, bisa menghabiskan satu hari satu malam, full, non-stop, tanpa henti, tanpa istirahat (kebayang ga tuh gimana tersiksanya penumpang dalam mobil klo digambarin keadaannya seperti ini? ternyata sopirnya juga manusia, jadi sempet berhenti istirahat. pyuh...). Sebut saja kota tersebut adalah kota Kediri, Jawa Timur.

Saya tidak terlalu banyak menyimpan kenangan dikota ini, karena pada saat itu, seinget saya sih masih tahun 1996, saya masih sangat kecil (dan sekarang pun tubuh saya masih mungil dan imut, entah miniaturnya siapa...hihi...). Hanya beberapa kejahilan dan kejahiliahan saya, beserta teman-teman disana yang masih teringat, walaupun samar.

Bukan bermaksud untuk dipuji ato bahkan berbangga, Saya dan teman-teman, kami pernah dihukum lari keliling lapangan ditengah terik mentari yang sangat tidak bersahabat. Kejahatan yang saya sebut sebagai "kriminal jama'i" ini disebabkan oleh keisengan kami mencicipi air buah tebu yang memang pada saat itu sedang dipanen. Seperti seekor kelinci kami menggigiti batang pohon tersebut dan mengecup-ngecup setelah terlebih dahulu memangkasnya dari induknya (pohon tebu punya ibu ya? ngasalll...). Dan semenjak itulah perilaku kami terus dipantau langsung oleh pengasuh pondok.

Ada juga keisengan lain yang agak beresiko. Saya awalnya dimulai dari mana, singkat kata saya dan sahabat saya, namanya Ricko, berada disebuah ruangan dari kumpulan-kumpulan lemari santri yang tidak terpakai. Benda-benda tersebut (entah siapa yang punya inisiatif membuat ruangan itu) kami tempati sebagai tempat persembunyian. Sebenarnya bukan tempat nyaman untuk ditempati, ini hanya tempat buat keisengan kami saja, dan kami pun tidak melakukan hal-hal yang dilarang (kecuali kabur tidur disaat ada kegiatan. hoho....). Tidak lama, ruangan dalam ruangan tersebut kena sidak, dan ditutup.

Dunia keisengan memang mendominasi kehidupan saya waktu itu, dan saya menikmati waktu kebersamaan kami disana. That's all what makes me right now.

Selain iseng, saya juga pernah terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan positif juga looooh. Salah satunya adalah saya pernah ikut kegiatan drum band yang disediakan sekolah. Fyi, karena alat-alatnya masih sangat terbatas, dan masih didominasi alat perkusi, maka band kami masih berada dalam ketegori Drum Band. Karena masih tubuh saya masih mini (hihi...) saya hanya diperbolehkan memainkan alat yang namanya Lyra (hmmm...masih bingung, tulisan yang bener apa ya?), sebuah alat yang jika dipukul dengan stick akan memberikan bunyian seperti tuts dalam piano. Ting...ting... Alatnya sepintas kecil, berbentuk seperti pohon cemara yang ujungnya terpotong tidak penuh, tapi ketika harus digendong dimuka, ya lama-lama berat juga.Pada dasarnya, saya suka dengan kegiatan baris-berbaris, dan suka dengan musik. Dan ketika semua digabungkan menjadi satu akan memberikan sensasi dan nuansa yang luar biasa.

Ketika dipindahkan ke salah satu desa di kota Ponorogo, kegiatan ini tidak saya teruskan, padahal alat-alatnya sudah lumayan lengkap dan band mereka sudah naik level, mereka adalah Marching Band.

Entahlah, saya pun setengah hati untuk berpaling ketika setiap tahun pendaftaran pasukan baru dibuka. Saya tidak punya alasan untuk bisa bergabung ataupun tidak bergabung. Hasilnya, saya hanya bisa menikmati alunan nada dan derap display yang disuguhkan. Sampai sekarang, bulu kuduk saya masih berdiri setiap kali ada corps marching band menyuguhkan aksinya.

Hari Sabtu kemarin, saya kembali menyaksikan GPMB (Grand Prix Marching Band) XXV di Istora Senayan bersama kakak sulung saya. Kakak saya ini juga pernah menjadi salah satu corps marching band waktu kuliah, dia memainkan terompet. Saya sendiri sudah 3 kali absen menyaksikan perhelatan akbar se-Indonesia yang diadakan tiap menjelang akhir tahun ini. Sangat disayangkan, corps sekolah saya tidak ikut serta dalam grand prix tahun ini, padahal kebolehannya patut diperhitungkan dan tidak bisa dipandang sebelah mata (sombong banget y, kaya kapten Hook aja...).

Seperti yang sudah-sudah, GPMB kali ini diadakan selama tiga hari. Dan pada hari kedua, babak penyisihan pun, saya hanya menyaksikan setengah dari corps peserta yang bertanding. Menurut jadwal, pertandingan dimulai dari jam 07 pagi sampai dengan jam 23.00, dan para finalis pun diumumkan pada jam 24.00. Meski menyenangkan, kami pun terpaksa pulang lebih awal dan berharap jagoan kami bisa menang di babak final hari Minggu.

Secara pribadi, saya menjagokan MB Semen Gresik, Jawa Timur. Dari seluruh corps yang saya saksikan, semen gresik membawa pasukan paling banyak, sekitar 160an personil, termasuk para official dan colour guard. Ada hal baru yang saya alami kali ini. Biasanya jika salah satu corps bermain, paling banter bulu kuduk tangan saya saja yang berdiri. Tapi kali ini, ketika menyaksikan semen gresik main, Baru kali ini saya merasakan pori-pori kulit saya serasa ikut terbuka. Brrrrrrr...... Ruarrrrrr Biasa!!!!

M E N G A G U M K A N . . .

Dan saya pun harus berbesar hati. Corps yang saya jagokan belum bisa meraih juara pertama. Corps ini bertahan di nomor kedua. GPMB XXV tahun ini dimenangkan oleh MB Bhina Caraka dari Jakarta, sedangkan nomor ketiga dipegang oleh MB Sorowan Pemprov Banten dari Banten. Semua pemenang ini berada dalam kategori Umum.

Selamat bagi para pemenang...

Kebiasaan menghadiri GPMB ini sebenarnya tertular dari kakak sulung saya. Dan setelah beberapa kali menyaksikan, ada dua corps yang saya tunggu: Corps Putri Tarakanita Jakarta dan Corps Univ.Udayana Bali. Selain karena permainan band mereka yang bagus, biasanya penampilan mereka paling 'unik' diantara yang lain. Udayana biasanya menampilkan display unik daerah bali yang sangat khas dan kental, temanya pun menyesuaikan dengan kekayaan Bali. Bahkan, untuk GPMB tahun ini, selama mereka perform, saya mencium bau dupa. (hi...serem...untuk leak-nya ga sekalian di keluarin juga). Sedangkan Tarakanita, selain mainnya bagus, dan karena semua personilnya cewek semua, corps mereka dibungkus dengan wardrobe yang amat seksi. PRIKITIEW....(hadoooohhh...jadi ga konsen deh jurinya!!!!)

Sangat saya sadari, bahwa kegiatan ini hanya bisa diakomodir oleh mereka yang 'berpunya', mengingat semua yang dihadirkan sangatlah istimewa. Punya alat, punya personil, punya pelatih, dan tentunya punya dana. Tapi, setelah dipikir-pikir lagi, semangat Marching Band lah yang bisa mewujudkan penampilan yang sangat luar biasa itu.

Sampai saat menulis ini pun bulu saya masih berdesir. (apa karna ada hantu dibelakang? huh... sebodo teuing lah!!!!)

Kapan yah, punya corps sendiri? Ada yang mau nyumbang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar