Kamis, 31 Desember 2009

Fenomena

Fenomena dan fenomenal. Kata berbahasa Indonesia ini berasal kata bahasa inggris, yaitu phenomenon dan phenomenal. Menurut kamus besar (yang beratnya kamusnya saja bagi saya hampir mencapai 2 kilogram. Berat banget cuy…) Inggris – Indonesisa (Drs. Peter Salim, MA, hal.1399 ) disebutkan phenomenon, noun, berarti (1). fakta atau kenyataan yang dapat dilihat dan ditangkap oleh pance indera, gejala. (2). orang yang luar biasa. (3). fakta. (4). fakta-fakta sejarah. (5). sesuatu yang luar biasa, keajaiban.
Sedangkan phenomenal, adjective, berarti (1). berkenaan dengan hal atau fakta yang dapat dilihat atau dimengerti dengan panca indera. (2). luar biasa. (3). dapat dilihat. Benang merah yang bisa ditarik dari kedua parts of speech ini (menurut saya) adalah orang, keadaan, hal, fakta, atau dan lainnya yang benar-benar ada dan benar-benar terjadi yang memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan objek sama.

Kedua kata ini muncul diberanda otak saya ketika sedang khusyuk menyaksikan tayangan televisi yang memberitakan wafatnya salah seorang, yang termasuk dalam tokoh bapak Indonesia. Malam itu, Rabu 30 Desember 2009, sekitar jam 19.45 WIB yang tertegun melihat sebuah tayangan breaking news dari sala satu stasiun televisi, setelah sebelumnya mengganti channel tv dirumah yang masih didominasi oleh sinetron dan hiburan (saya menganggap semua itu sekedar hiburan mata, sangat jarang yang menyentuh). Saya agak terkejut dengan berita yang saya lihat. KH. Abdurrahman Wahid, yang biasa dan dikenal dengan panggilan Gus Dur, diberitakan telah berpulang ke rahmatullah pada jam 18.45 WIB.
Beberapa pekan lalu, menjelang dini hari salah seorang teman lama memberikan informasi melalui sms bahwa salah satu pimpinan di sekolah saya dulu (beliau adalah Direktur Pondok Pesantren putri di Mantingan, Ngawi) telah dipanggil ke rahmatullah. Kebetulan, ibu saya adalah teman beliau, maka kabar ini pun langsung saya sampaikan di pagi hari. Dan kami pun mendoakan beliau. Beberapa jam kemudian saya membalas sms tersebut dan mengucapkan terima kasih telah memberikan informasi. Akan tetapi teman saya ini membalas lagi sms saya dan mengklarifikasi bahwa beliau belum wafat, tetapi dalam keadaan koma dan sedang dirawat dirumah sakit. Tidak lama, ada sms masuk (saya tidak tahu itu nomor siapa karena tidak ada dalam daftar kontak di HP saya) yang kembali memberitakan bahwa beliau telah wafat.Karena merasa kurang yakin, saya pun membalas dengan menyuruh si pengirim yang mencari kebenaran kabar tersebut. Dan memang benar, beliau dalam koma dan masih dalam perawatan di ruma sakit. Hal ini saya ketahui setelah si pengirim tanpa nama ini membalas kembali sms saya dan memberikan klarifikasi.

Memiliki pengalaman yang kurang bagus dalam pemberitaan, saya pun langsung ganti channel tv breaking news yang disiarkan ke stasiun lain yang dikenal juga sebagai pesaing dalam penyedia berita. Dan memang benar. Gus Dur kita telah berpulang. Hingga malam hari menjelang waktu tidur, berita itupun terus bergulir. Dan sampai siang tadi, berita berpulangnya Gus Dur berakhir dengan pemakaman yang (menurut stasiun tv yang saya lihat) dihadiri Presiden RI, tokoh-tokoh terkemuka agama islam dan (masih menurut stasiun tv ini) juga non-islam, serta (masih menurut stasiun tv ini) puluhan ribu pengunjung. Kehadiran mereka di Pondok Pesantren Tebuireng JOmbang Jawa Timur ini tidak lain adalah untuk menghantarkan jenazah Gus Dur, juga sebagai penghormatan terakhir kepada beliau. Semoga arwah dan segala amal sholeh-nya diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Aamiin. (berita ini berakhir karena TV yang saya tonton memang sengaja dimatikan oleh ibu saya. hohoho....)

Kembali ke kedua kata di awal. Ibu saya mengatakan, bahwa Gus Dur adalah fenomena atau fenomenal? dari mana kedua kata tersebut berasal, bahasa inggris ya? Saya pun hanya menjawab seadanya: iya kali! Dan arti kedua kata tersebut pun saya tuliskan di kedua paragraf awal tulisan ini. Saya sendiri masih belum jelas kata fenomena tersebut diambil dari bahasa mana. Barangkali diantara Anda ada yang tahu darimana kata ini berasal? kasih tau ya. (terima kasih sebelumnya).

Gus Dus. Saya pernah membaca biografi beliau dari sebuah buku, walaupun sangat disayangkan saya tidak sempat menghabiskan membaca sampai halaman terakhir. Namun begitu, setidaknya saya memiliki kesan positif mengenai beliau.
Menurut saya, beliau adalah sosok manusia biasa yang bermetamorfosa menjadi sosok fenomenal, sebagaimana saat ini banyak sekali tokoh-tokoh terkemuka angkat bicara untuk memberikan testimoninya tentang kehidupan beliau. Gus Dur merupakan salah seorang intelektual, yang sangat gemar membaca, bergaul, dan jalan-jalan. Kesimpulan ini saya tarik karena dalam biografi yang saya baca disebut bahwa ketika Gus Dur masih dalam usia sekolah tingkat tinggi, waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar dihabiskannya untuk jalan-jalan. Beberapa negara di timur tengah telah beliau tapaki. Justru dengan kegiatan beliau yang, keliatannya, wasting time, menstimulasi cara pandang beliau. Maka tidak perlu heran jika beliau nyambung saja jika diajak bicara dengan kalangan mahasiswa, businessman, politikus, negarawan, or even dengan tukang sayur sekalipun! Maka dengan inilah beliau dianggap sebagai tokoh yang pluralis, demokratis; tokoh yang dekat dengan wong cilik dan kaum minoritas.

Terus terang saya tidak terlalu mengikuti sepak terjang beliau. Saya pun tahu sedikit riwayat hidup beliau dimulai ketika telah menjabat sebagai Presiden RI yang ke-4. Awalnya saya tidak habis pikir ketika pemilu bisa memenangkan Gus Dur, yang memiliki keterbatasan fisik, sebagai presiden kala itu. Sebagai manusia normal, wajar dong jika saya sebagai warga negara dipimpin oleh pemimpin yang tidak hanya memiliki kemampuan untuk memimpin, tapi juga nyaman dipandang mata. Jika harus mencari calon pembanding yang memiliki wajah tampan, berbadan gagah dan tegap, atau-singkatnya charming, saya kira Indonesia tidak hanya menyimpan kekayaan alam melimpah (gak tau deh, masih ada gak ya untuk cucu saya nanti?...), tapi juga penghuni daratannya yang banyak juga yang dianugrahi tubuh sempurna.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa ketika kita akan bertemu atau berbicara dengan siapapun secara empat-mata (atau banyak-mata) kita akan memperhatikan siapa yang berhadapan dengan kita, atau bahkan, siapapun yang berada dekat dengan kita. Hal ini lumrah dilakukan, karena, menurut saya, manusia ingin diperlakukan setara seperti yang lainnya. Sebagai contoh, kita toh tidak ingin dicaci ataupun dimaki (dan kemudian diusir dengan tidak terhormat) karena waktu masuk ke sebuah outlet prestisius hanya mengenakan sandal jepit! Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa sandal jepit adalah alas kaki yang terhina. Come on... Anda tentu saja mengerti, jika orang-orang akan melirik dan mencibir Anda jika Anda mengenakan celana hawai ato celana buntung ketika menghadiri resepsi pernikahan kolega Anda dalam sebuah seremoni resmi!Hanya saja, prinsip "the right outfit at the right place" juga perlu menjadi pertimbangan.

But don't ever judge the book from its cover!!!

Berapa banyak ilmuan jenius dengan keterbatasannya?

Tapi Anda tidak perlu repot menghitung, berapa banyak manusia rupawan yang tidak memiliki otak! (ngapain, ngabisin waktu aja!)

Dengan segala keterbatasan fisiknya, Gus Dur mampu menjawab semua keraguan yang sebagian masyarakat awam, termasuk saya, mempertanyakan, akankah ia mampu memimpin sebuah negara? Buktinya, negara ini masih tetap ada dan kita pun masih bebas untuk mengibarkan bendera kita, dimanapun (di negri ini) dan kapan pun!

Saya rasa semua pun setuju, jika ukuran sukses mengikuti teori relativitas. Begitu juga Indonesia pada saat dipimpin seorang Gus Dus. Dan menurut saya, pamali kalau terus-menerus menggerutu tentang nasib bangsa ini, yang sepertinya tidak pernah naik, menjauh dari level angka kemiskinan. Toh mengubah bangsa ini menjadi aman-sejahtera-makmur-sentosa tidak bisa hanya dengan mengubah pemimpinnya.

Cobalah bercermin dari diri sendiri. Apa yang telah kita lakukan terhadap diri sendiri, keluarga, tetangga. Sudah tau hasilnya?puas? mau tidak mau, itulah kita, itulah bangsa kita.

Dengan segala kekurangan yang ada, kita harusnya berterima kasih kepada Gus Dur. Dari kepemimpinan beliau, alam demokrasi kita semakin terbuka, banyak kepentingan terlindungi. Positif atau negatif, anggaplah semua itu sebagai nostalgia. Saya jadi ingat sebuah adegan ketika tokoh Han dalam film 2fast 2furious-tokyo drift berkata: decide, and never look back. Ada juga sebuah lagu dari Oasis yang judulnya: don't look back in anger.

Jika sudah menyadari apa yang seharusnya tidak dilakukan, maka tidak perlu mengulangi hal yang sama dikemudian hari. Banyaknya pelayat yang menghantarkan jenazah Gus Dur adalah salah satu bukti bahwa beliau adalah tokoh karismatik yang pemikirannya disegani dan dihormati oleh banyak orang. Selamat jalan Gus Dur...

Sepatutnya, kita, yang diberi kesempurnaan fisik, harus memanfaatkan anugerah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan sebaik-baiknya.

Ingat, kita hanya hidup sekali.

Tapi ingat, kehidupan tidak hanya sekali.....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar