Tulisan ini sebenarnya mau langsung saya post, tapi berhubung sudah malem, ditambah kelopak mata sudah hanya kuat bersinar 5 watt, dan koneksi modem saya yang hampir sekarat, akhir nya tulisan ini saya simpan dulu dan baru bisa sekarang dipost. (ini juga pinjem laptopnya temen. hehe....)
Saturday night, 16th January 2010
07.00 pm
Hi... nice to see you again.
Right. Pardon me.
Hi...nice to have talking to you again pal. ;-)
What?
Uhmmm.... whatever...!!!
Lagi pusing, sebelum nulis ini kepala saya terasa sangat berat. Sebenarnya sih uda pengen banget tidur, tapi karena pengalaman yang gak enak jadi sepertinya saya berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. (Seandainya pun hal ini terulang lagi saya mohon maaf secara resmi kepada seluruh departemen anatomi badan saya). Dan pernyataan saya ini menyangkut dari peristiwa, yang saya sadari, pernah saya lakukan dengan sadar-tidak-sadar, atau setengah sadar. Peristiwa yang saya maksud adalah, yakni tertidurnya saya di atas pembaringan setelah melaksanakan Shalat Maghrib. Pun ketika sedang dalam pelaksanaan ritual, saya sempat terkantuk, dan karena merasa sudah tidak berdaya saya pun becir ke kamar saya untuk bobo. Saya pun terbangun dengan perasaan yang biasa-biasa saja. Tapi, ternyata, saya menyimpan satu perasaan, hanya ada satu titik rasa bersalah: bakalan susah tidur malem (versi tidur-malem-resmi). Bagi sebagian orang, peristiwa ini bisa jadi dianggap masalah sepele, dan saya pun bisa memakluminya. Tapi bagi saya, this's such a Catastrophic disaster!!!
Lebay...
Agree. I accept that you might say that.
Tapi bagi saya, peristiwa ini bisa bikin saya tidak bisa tidur, melek sampai pagi, yang keesokan harinya bisa bikin saya seperti zombie: kelopak mata terbuka, badan tegap menumpu, tapi pandangan kosong. Singkat kata, mirip orang yang o'on (apakah perlu ditambah dengan membuka katup mulut beberapa mili? hehe...). So, I just don't want this ridiculous tragedy takes place in me anymore. At least, I'm trying not to.
Dan sekarang, jari saya pun saya paksakan untuk menari diatas tuts keyboard laptop butut tercinta. Just to keep me awake, until the time.
Apakah Anda pernah nonton film "Superman Returns"? Bagi yang belum tidak apa-apa, karena Allah dan Rasul tidak mewajibkan, dan para ulama pun tidak mengeluarkan fatwa wajib untuk nonton film ini. (Dan saya pun sekarang bingung, apakah hukum nonton film ini menjadi sunnah, mubah, makruh, ato haram? Bagaimana menurut Anda?). Dan bagi Anda yang pernah nonton film ini saya ingin mengajak Anda untuk mengingat salah satu scene dimana Lex Luthor sedang terlibat perbincangan satu arah dengan rekan wanitanya (saya lupa namanya siapa). Lex bilang ayahnya pernah mengatakan kepada dia, bahwa didunia ini (baca: dunia kehidupan saat ini) terdapat beberapa hal yang akan senantiasa diperebutkan. Bahkan manusia bisa pernah menghamba dan mempertaruhkan nyawa mereka atau nyawa orang-orang terdekat mereka untuk bisa mendapatkannya, atau lebih tepatnya: menguasainya. Whatever it takes. Apakah hal yang dimaksud itu?
"DIRT". Coba Anda iseng-iseng cek di kamus arti dari kata ini. Setelah Saya cari di fasilitas bantuan yang disediakan MS. Word, terdapat tiga kata sinonim atau persamaan utama: Grime, Soil, dan Gossip. Secara konteks, sebenarnya (menurut hemat saya) kata 'dirt' yang dimaksud si Lex ini lebih mengarah ke kata Soil, yang jika dibahasa Indonesia-kan berarti debu, tanah, dan bumi. Karena di scenes berikutnya terlihat jelas jika si Lex ini akan membuat daratan baru dengan bahan dasar ramuan kristal dan kripton. Ramuan tersebut disuntikkan di tengah lautan samudera (antah-berantah), sehingga lahirlah gugusan-gugusan bebatuan yang memberikan dampak buruk, khususnya bagi penduduk Metropolis.
Gempa dan tsunami berkekuatan tinggi menghempaskan bangunan-bangunan serta gedung-gedung pencakar langit kota Metropolis. Beruntunglah si ganteng Clark Kent mencium gelagat alam yang sangat tidak bersahabat itu dan dengan sigap berusaha sekuat tenaga menyelamatkan penduduk kota Metropolis dan mengurangi kekacauan yang terjadi (namanya juga film ya; There'll be always a hero, at the very last minute).
Oiya, ternyata saya belum meneruskan apa yang dikatakan Papa-nya Lex, yang berujung dengan aksinya menenggelamkan pulau dan seisinya – yang ternyata digagalkan akang Suparman. Horree….. Papa-nya Lex (ada yang tau siapa papa-nya Lex Luthor) bilang debu atau tanah akan menjadi salah satu hal yang akan amat sangat diperebutkan manusia, sepanjang masa, sampai Malaikat Israfil meniup terompet Sangkakala-nya. Mengapa? Karena produksinya sudah di stop.
Ada juga film lain yang berkaitan dengan keberadaan tanah: “Water World”, dibintangi oleh Kevin Costner (bener gak sih tulisan namanya?), yang di film ini berakting sebagai manusia mutan: manusia dengan insang ikan. Walaupun alur ceritanya berbeda tapi tujuannya sama. Di film water world dikisahkan bpara penghuni lautan memiliki sebuah mitos bahwa di salah satu bagian bumi ini terdapat hamparan tanah. Ternyata sebagaian dari mereka percaya bahwa mitos itu bukan hanya sebatas omongan saja, karena diantara mereka dan kaum smokers mendapati sebuah peta yang akan menghantarkan mereka ke tanah itu. Sialnya, peta yang dimaksud tergambar diatas punggung seorang gadis bocah yang gemar menggambar. Maka terjadilah perseteruan diantara mereka yang menginginkan peta, yang dipercaya menjanjikan tanah daratan itu.
Sebegitu hebohnya tontonan yang disuguhkan (apakah iya? Tergantung selera sih. Kalo saya Selero Bundo sajalah…). Know what? Cuman pelem aja ko’!
But one thing I just wonder: Apakah si sutradara, atau penulis scenario percaya akan adanya Sang Maha Pencipta? Apakah mereka mengerti tentang bagaimana debu, tanah, bumi, alam semesta tercipta? Intinya adalah: Do we the same understanding about God, world, earth, and the universe? about the creator, creatures, and creations? Hope so.
Seringkali kita sulit untuk mendefinisikan permasalah yang kita hadapi, seringkali kita tidak mau ambil pusing, tidak mau tahu, dan merasa acuh ketika diajak berdiskusi membahas, apa sih sebenarnya yang kita permasalahkan? Hal ini kan sudah biasa terjadi diantara kita! Okelah, kita bisa saja sudah punya pengertian terhadap satu kasus yang terjadi, tapi bagi orang lain kasus itu bisa ditafsirkan berbeda, dan inilah salah satu kondisi yang bisa memicu kericuhan. Di setiap sesi latihan, sesi gladi, bahkan pada saat koor paduan suara melantunkan sebuah intonasi musical, sang pemandu selalu akan menginstruksikan bahwa lagu tersebut akan dimulai dengan ketukan sekian per sekian, agar nada tersebut bisa dilantunkan secara bersama dengan indah (hueks. Belagu. Sotoy marotoy ah saya…). Persamaan Nada, Persamaan Persepsi, Persamaan Paradigma.
Saya pikir pembicaraan saya sudah ngelantur.
(disela-sela penulisan ini saya sempat makan malam, makan besar. Laperrr…)
Tadi pagi menjelang siang saya diajak abang ipar saya untuk menangkap ikan di empang depan rumah, bahasa kerennya: nyengkalimin. Sebenarnya lahan yang digunakan sebagai empang depan rumah adalah milik Negara, karena masih berada di jalur saluran irigasi. Daripada lahan tersebut dibiarkan menganggur, galian tanah itu pun di isi dengan air, dan atas inisiatif Ibu saya, beberapa meter di sekitar lahan ditanami berbagai macam tumbuhan produktif (tanaman berbuah). Sudah beberapa kali keluarga saya menikmati buah-buahan dari hasil tanaman lahan ini; ada nangka, papaya, pisang, mangga kelapa, mangga arumanis, dan banyak juga tanaman yang belum berbuah.
Untuk galian yang saat ini menjadi empang, saat tidak tahu persisnya kapan lahan tersebut dirubah menjadi empang, karena semenjak saya bisa mengingat lahan tersebut memang sudah berupa empang. Dulunya empang ini tidak ada yang serius mengelola dan keliatan semrawut. Semenjak keluarga saya pindah ke lokasi ini, empang tersebut sudah pernah beberapa kali di isi dengan berbagai macam ikan tawar: gurame, mas, patin, mujaer. Orientasinya sih masih sekedar untuk iseng-iseng saja. Palingan untuk dikonsumsi sendiri dan dibagi-bagi ke keluarga.
Untuk kali ini, sepertinya abang ipar saya sudah mulai agak serius mengelola empang ini, setelah sebelumnya beberapa kali isi kolam empang ini ludes des di serbu ular. Entah ular apa itu namanya. Kadut mungkin…
Untuk mempercepat proses pembersihan empang dari ikan-ikan liar, air kolam dicampur dengan sejenis serbuk, warnanya putih, seperti garam. Saat itu sebenernya saya masih terlelap ketika sayup-sayup saya mendengar nama saya dipanggil, dan saya pun bangun sambil ucek-ucek mata, ngintip lewat jendala kamar. Insomnia, kali ini saya harus menyebut kata itu, karena semalam saya tidak bisa tidur, lagi (entah untuk yang keberapa saya juga tidak ingat…), sampai menjelang jam 5 pagi sepertinya saya baru terlelap.
Ketika sadar apa yang sedang terjadi, langsung saja saya menceburkan diri ke kolam. Airnya dangkal, hanya lumpurnya saja yang tinggi. Saya pun membantu menangkapi ikan yang sudah keliatan menggelepar megap-megap mencari oksigen.
Cuaca dari awal memang sudah basah, dan saya bersama yang lain juga akhirnya basah-basahan, atas dari gerimis, bawah dari air kolam. Sambil menangkapi ikan, saya teringat salah satu programnya MTV, yaitu MTV Staying Alive, program yang mensponsori penanggulangan HIV dan AIDS. Saya begitu tersentuh ketika ikan-ikan itu lompat-lompat mencari lokasi aman yang belum terkontaminasi cairan memabukkan mereka. Sejenak saya tertegun, don’t they deserve a better life? Dengan perasaan campur aduk, saya pun akhirnya menangkapi mereka dan mengaduk-aduk mereka dengan tidak sengaja agar bisa muat di wadah yang saya bawa. Poor fishes…
Hasil tangkapan kali ini tidak begitu memuaskan, karena niat awal kami adalah membersihkan empang dari ikan-ikan liar, terutama yang predator. Penangkapan kami akhiri dengan terjaring seekor ikan lele dengan ukuran XXXL, besar kepalanya melebihi diameter lengan saya.
Menjelang sore kegiatan di empang depan rumah kembali diteruskan. Sebagai langkah preventif, abang ipar saya sudah menyiapkan jaring-jaring berbentuk keramba untuk dipasang di empang ini. Paling tidak, ular-ular liar itu mesti berpikir kembali bagaimana caranya masuk ke dalam empang yang dilapisi dua jaring…(ular berkepala botak atau dikuncir mungkin?)
Mudah-mudahan bisa panen besar. Aamiin…
It's time to go sleep now. Besok pagi rencana mau hadir ke acara silatnas alumni di Plenary Hall, JCC.
Sebelum berangkat ke acara, tukang masak dirumah ngasi tau klo ikan lele nya kabur.
BalasHapusBelakangan ikan lele yang kami kira melarikan diri ditemukan tersangkut di saluran pembuangan air. Karena bentuk kepalanya yang sangat besar, si ikan tidak bisa meluluskan kepalanya untuk keluar dari lubang.